CERPEN RELIGI, tentang kecintaan terhadap rasulullah SAW
Taqarrub
Sore hari, aku mendapat sebuah selebaran informasi sebuah acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Hari ini adalah hari kamis tanggal 1 rabi’ul awal 1441 H. Berarti hari pertama bulan kelahiran nabi Muhammad SAW. Aku sangat senang dengan adanya bulan ini. Dengan ini aku bisa mengenakan pakaian yang ku suka, biasanya baju lebaran. Waktu itu Aku berniat memanfaatkannya untuk hal-hal yang berbau positif. Aku juga berniat untuk menyambut hari maulid dengan mendekatkan diri pada nabi dan mengharap syafa’at beliau di hari kiamat nanti. Biasanya dengan cara mengikuti berjanjenan atau bersholawat kepada nabi setiap malam bersama teman mengaji ku selama dua belas hari. ku akui, aku adalah seorang pecinta sholawat. Terutama sholawatan yang dihadiri oleh Gus Azmi, salah seorang personil sekaligus vokalis dari Hadroh Syubbanul Muslimin.
Tapi untuk malam ini bukan dia yang mengisi acara. Melainkan masih dari hadroh atau grup rebana lokal. Namanya Ahbabul Rasul. Aku sangat ingin menghadiri acara yang ku dambakan sejak lama itu. Bersholawat bersama mereka. “Ini kesempatan langka”, batinku.
Menjelang malam, aku mendapat ajakan dari teman untuk mengunjungi nya. Aku sangat bahagia. Tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata. Senyum di wajah mungil ku merekah begitu saja.
Tapi untuk malam ini bukan dia yang mengisi acara. Melainkan masih dari hadroh atau grup rebana lokal. Namanya Ahbabul Rasul. Aku sangat ingin menghadiri acara yang ku dambakan sejak lama itu. Bersholawat bersama mereka. “Ini kesempatan langka”, batinku.
Menjelang malam, aku mendapat ajakan dari teman untuk mengunjungi nya. Aku sangat bahagia. Tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata. Senyum di wajah mungil ku merekah begitu saja.
perjalanan pulang dari mengaji
“ra, gimana jadi pergi ngga?” tanya temanku. Sambil menaruh kedua tangannya di pinggang. Dan menaikkan kedua alis nya.
“em.. gimana ya, bukannya besok kita berangkat sekolah ya ani.” ku ungkapkan rasa kecewa ku padanya. Memang ada sedikit rasa kecewa, aku tidak diizinkan ibu. Karena kata beliau, anak perempuan tidak boleh keluar malam. Aku hanya bisa menurutinya.
“ayo lah, katanya kamu pengen banget, ini kesempatan langka lho ra.” tanyanya lagi dengan nada merayu. “lagian kita kan mau pergi buat hal yang baik, kita mau sholawatan, bukan tujuan lainnya. Dan masalah sekolah, kita selesaikan dulu” imbuh nya dengan nada meyakinkan, dengan raut muka memelas.
Sebelum berangkat mengaji, sebenarnya dengan ragu-ragu ku meminta izin yang kedua kalinya kepada ibu, aku sudah tak punya daya lagi. Aku sudah bisa memastikan apa jawabannya. Beberapa saat ibuku hanya diam. Aku tahu aku tidak akan diizinkan oleh beliau. Aku pasrah.
Setelah pulang mengaji dan sampai di rumah, aku langsung menuju kamar dan menutup pintu dengan agak keras tanpa melihat wajah yang jelas ku lihat sekilas memperhatikan gerak-gerik ku. Sempat ku dengar ibu mendesah pelan.tapi apalah daya, aku sudah terlanjur kecewa. Ku letakkan kitabku dan merebahkan badan ke tempat tidur. Ku ambil ponsel genggam di samping bantal, ku buka riwayat telepon dan pesan yang masuk dari ani. Terlihat banyak panggilan dan beberapa besan darinya yang isinya kurang lebih menanyai perihal nasib keberangkatan kita berdua. Aku tidak menanggapinya dan memilih mematikan kembali telepon genggam ku.
Ibuku mengetok pintu kamar. Aku hanya diam, beliau meminta izin masuk, aku hanya bergumam. Beliau menanyai apakah aku memang sangat ingin menghadiri nya, aku menatap dengan antusias, berharap beliau membolehkannya. Ternyata benar, harapan ku terwujud. Tapi aku masih ada kewajiban mengerjakan tugas sekolah.
Setelah ku pikir dan pertimbangkan apalah daya, aku sanggupi ajakan ani.dan tentunya tidak ku tinggalkan kewajibanku itu. Aku bergegas untuk siap-siap ganti baju. Sempat ku lirik jam arlojo warna merah hati di tanganku. Jam menunjukkan pukul 20.00 itu artinya sebentar lagi acara akan dimulai.
Sekitar lima menitan aku sudah siap dengan pakaian dan dandanan yang berbeda pula. aku memakai sweater putih berlogo huruf G dengan paduan warna merah dan hitam, selaras dengan bawahan warna hitam dan jilbab hitam yang ku kenakan. Memang terlihat seperti orang yang sedang ospek. Tapi nyatanya aku sangat menyukai paduan pakaian yang ku kenakan dan ini baju favorit ku.
Ani sudah berada di depan rumahku, dia mengenakan dress lengan panjang warna putih dan jilbab warna merah muda. Sangat cocok dengan wajahnya yang putih.
Waktu berjalan begitu cepat, malam mulai menyelimuti langit yang berwarna biru cerah menjadi hitam kelabu. Aku dan ani sudah dalam perjalanan menuju. Jaraknya cukup dekat, sehingga tanpa membuang waktu aku dan ani sudah sampai lokasi. Suara orang-orang yang sedang memuji dan mengagungkan nabi terdengar sangat menggema mulai dari awal aku masuk kawasan itu, tercium sangat harum. Aku merasa ada aura baik menghipnotis diri, merambahi tubuhku. Dingin tak lagi ku rasa. Tergantikan oleh hangatnya serpihan peluk sholawat, menggiring kami cepat tuk singgah menjadi tamu Nabi.
“aniii.. subhanallah akhirnya kita bisa sampai di sini. Senang banget rasanya ni..” tak bisa ku bendung lagi gejolak rasa di hati. Ani memandangi dengan wajah sumringah. Sepertinya dia juga merasakan rasa yang sama seperti ku.
“em.. gimana ya, bukannya besok kita berangkat sekolah ya ani.” ku ungkapkan rasa kecewa ku padanya. Memang ada sedikit rasa kecewa, aku tidak diizinkan ibu. Karena kata beliau, anak perempuan tidak boleh keluar malam. Aku hanya bisa menurutinya.
“ayo lah, katanya kamu pengen banget, ini kesempatan langka lho ra.” tanyanya lagi dengan nada merayu. “lagian kita kan mau pergi buat hal yang baik, kita mau sholawatan, bukan tujuan lainnya. Dan masalah sekolah, kita selesaikan dulu” imbuh nya dengan nada meyakinkan, dengan raut muka memelas.
Sebelum berangkat mengaji, sebenarnya dengan ragu-ragu ku meminta izin yang kedua kalinya kepada ibu, aku sudah tak punya daya lagi. Aku sudah bisa memastikan apa jawabannya. Beberapa saat ibuku hanya diam. Aku tahu aku tidak akan diizinkan oleh beliau. Aku pasrah.
Setelah pulang mengaji dan sampai di rumah, aku langsung menuju kamar dan menutup pintu dengan agak keras tanpa melihat wajah yang jelas ku lihat sekilas memperhatikan gerak-gerik ku. Sempat ku dengar ibu mendesah pelan.tapi apalah daya, aku sudah terlanjur kecewa. Ku letakkan kitabku dan merebahkan badan ke tempat tidur. Ku ambil ponsel genggam di samping bantal, ku buka riwayat telepon dan pesan yang masuk dari ani. Terlihat banyak panggilan dan beberapa besan darinya yang isinya kurang lebih menanyai perihal nasib keberangkatan kita berdua. Aku tidak menanggapinya dan memilih mematikan kembali telepon genggam ku.
Ibuku mengetok pintu kamar. Aku hanya diam, beliau meminta izin masuk, aku hanya bergumam. Beliau menanyai apakah aku memang sangat ingin menghadiri nya, aku menatap dengan antusias, berharap beliau membolehkannya. Ternyata benar, harapan ku terwujud. Tapi aku masih ada kewajiban mengerjakan tugas sekolah.
Setelah ku pikir dan pertimbangkan apalah daya, aku sanggupi ajakan ani.dan tentunya tidak ku tinggalkan kewajibanku itu. Aku bergegas untuk siap-siap ganti baju. Sempat ku lirik jam arlojo warna merah hati di tanganku. Jam menunjukkan pukul 20.00 itu artinya sebentar lagi acara akan dimulai.
Sekitar lima menitan aku sudah siap dengan pakaian dan dandanan yang berbeda pula. aku memakai sweater putih berlogo huruf G dengan paduan warna merah dan hitam, selaras dengan bawahan warna hitam dan jilbab hitam yang ku kenakan. Memang terlihat seperti orang yang sedang ospek. Tapi nyatanya aku sangat menyukai paduan pakaian yang ku kenakan dan ini baju favorit ku.
Ani sudah berada di depan rumahku, dia mengenakan dress lengan panjang warna putih dan jilbab warna merah muda. Sangat cocok dengan wajahnya yang putih.
Waktu berjalan begitu cepat, malam mulai menyelimuti langit yang berwarna biru cerah menjadi hitam kelabu. Aku dan ani sudah dalam perjalanan menuju. Jaraknya cukup dekat, sehingga tanpa membuang waktu aku dan ani sudah sampai lokasi. Suara orang-orang yang sedang memuji dan mengagungkan nabi terdengar sangat menggema mulai dari awal aku masuk kawasan itu, tercium sangat harum. Aku merasa ada aura baik menghipnotis diri, merambahi tubuhku. Dingin tak lagi ku rasa. Tergantikan oleh hangatnya serpihan peluk sholawat, menggiring kami cepat tuk singgah menjadi tamu Nabi.
“aniii.. subhanallah akhirnya kita bisa sampai di sini. Senang banget rasanya ni..” tak bisa ku bendung lagi gejolak rasa di hati. Ani memandangi dengan wajah sumringah. Sepertinya dia juga merasakan rasa yang sama seperti ku.
Di depan panggung
Aku dan ani duduk tidak jauh dari panggung, sudah banyak sekali teman-teman dari berbagai daerah yang datang. Mereka mengenakan atribut yang melambangkan nama hadroh yang mereka kagumi, seperti jas,syal, dan ikat kepala. Terlihat jelas, ada yang mengenakan sesuai dengan hadroh sekarang dan banyak juga yang tidak, ada hasrat ingin mempunyai yang seperti mereka kenakan, tapi kadang hal itu tidak perlu. Karena tujuanku hanya untuk bersholawat dan mengharap syafaat kepada Nabi Muhammad SAW semata.
Malam semakin larut, kesyahduan semakin merambat ke dalam relung hati disela-sela sholawat, bukan hanya syahdu karena sholawat yang dibawakan, tapi juga karena kantuk yang mulai menggerogoti mata. Ku lirik orang di samping kiri ku, dia masih menyerukan dan meresapi setiap alunan dan sekilas ku lihat dia sempat menitikkan air mata. Sungguh aku kagum padanya.
Sebelum kami duduk di tempat kami saat ini, kami sebenarnya bingung ingin duduk dimana, karena hampir semua tempat sudah terisi orang. Kami berjalan diantara orang yang sudah duduk manis di tempat, yang ku rasakan, orang-orang memandangi kami terus menerus. Aku sangat malu, entah dengan ani yang terlihat biasa saja. Kami telah sampai di pertengahan lautan manusia yang dekat dengan panggung,berdiri agak lama, sudah kepalang tanggung dan bingung. Malu sekali rasanya, terasa seperti dua gadis yang tersesat dan tidak tau arah jalan pulang. Aku dan ani sempat berdebat karena perbedaan pendapat. Ani menginginkan tidak usah dengan panggung tapi aku memaksanya untuk sampai di titik saat ini. Selang beberapa menit ada seorang gadis manis yang mengarahkan pandangannya kepada kami, ku rasa dia tidak nyaman melihat dua orang berdiri dan tidak duduk atau berjalan. dia memandangi aku dan ani bergantian agak lama kemudian melempar senyumnya yang menurut ku manis kepada kami berdua. Kami balas senyuman itu tak kalah manis. Dugaanku salah, dia mempersilahkan Aku dan ani supaya memosisikan duduk, memang ku lihat ada tempat kosong di sampingnya.tetapi aku berfikir mungkin itu tempat yang sudah di pesan teman-temannya. Ternyata bukan.
Malam semakin larut, kesyahduan semakin merambat ke dalam relung hati disela-sela sholawat, bukan hanya syahdu karena sholawat yang dibawakan, tapi juga karena kantuk yang mulai menggerogoti mata. Ku lirik orang di samping kiri ku, dia masih menyerukan dan meresapi setiap alunan dan sekilas ku lihat dia sempat menitikkan air mata. Sungguh aku kagum padanya.
Sebelum kami duduk di tempat kami saat ini, kami sebenarnya bingung ingin duduk dimana, karena hampir semua tempat sudah terisi orang. Kami berjalan diantara orang yang sudah duduk manis di tempat, yang ku rasakan, orang-orang memandangi kami terus menerus. Aku sangat malu, entah dengan ani yang terlihat biasa saja. Kami telah sampai di pertengahan lautan manusia yang dekat dengan panggung,berdiri agak lama, sudah kepalang tanggung dan bingung. Malu sekali rasanya, terasa seperti dua gadis yang tersesat dan tidak tau arah jalan pulang. Aku dan ani sempat berdebat karena perbedaan pendapat. Ani menginginkan tidak usah dengan panggung tapi aku memaksanya untuk sampai di titik saat ini. Selang beberapa menit ada seorang gadis manis yang mengarahkan pandangannya kepada kami, ku rasa dia tidak nyaman melihat dua orang berdiri dan tidak duduk atau berjalan. dia memandangi aku dan ani bergantian agak lama kemudian melempar senyumnya yang menurut ku manis kepada kami berdua. Kami balas senyuman itu tak kalah manis. Dugaanku salah, dia mempersilahkan Aku dan ani supaya memosisikan duduk, memang ku lihat ada tempat kosong di sampingnya.tetapi aku berfikir mungkin itu tempat yang sudah di pesan teman-temannya. Ternyata bukan.
Puncak acara
Kini tiba pada puncak acara, yaitu tausiyah yang diisi oleh para pembesar desa atau dari luar desa. Ku dengar secara seksama sampai-sampai tak kudengar suara ani yang menginginkan untuk segera pulang karena sudah melampaui batas waktu perjanjian. Inti dari tausiyah tadi kurang lebih bahwa sebagai pemuda kita jangan sampai buta sejarah, karena kita juga adalah hasil dari sejarah. Seperti halnya sejarah awal mulanya kita mengenal agama islam, agama yang dibawa oleh rasulullah SAW. Bukan hanya itu, kita juga harus mengetahui tentang riwayat hidup beliau. Sehingga kita dapat menjadi pemuda yang benar-benar mencintai rasulullah. Dan tentunya dicintai oleh beliau juga. Ternyata saat aku sedang fokus mendengar tausiyah, ani sudah berkali-kali mengajak ku untuk pulang. Berdosa nya aku, tanpa basa-basi ku meminta maaf padanya, karena membuatnya lama menunggu dan juga sangat mengantuk.
Usai acara
“ani bangun ini acara sudah kelar” nampaknya dia sudah tertidur di pundak ku. ku tepuk pipinya perlahan.
“oh iya ra, maaf ya jadi nyender di bahu kamu” ani membuka matanya perlahan, mengambil posisi duduk tegap dan menguap beberapa kali. Tak tega ku melihatnya.
“maaf ya, soal tadi.” sesal ku. Ani hanya bergumam.
Perlahan satu persatu orang mulai meninggalkan tempat. Ada yang masih ditempat untuk sekedar ngobrol dan menyantap makanan. Ada juga yang sedang berfoto ria bersama teman-teman.
Waktu itu, aku sangat ingin sekali berfoto dengan idola ku. Gus Azmi. Tapi belum tercapai. Aku dan ani memutuskan langsung meninggalkan lokasi dan cepat pulang ke rumah. Sampai di rumah, Jam menunjukkan pukul 00.30-. Ani pun sudah pulang ke rumahnya karena rumah kita berdekatan, hanya tertutupi oleh dua rumah. Ku buka pintu rumah, ku lihat semua lampu sudah padam. Berarti semua penghuni rumah sudah terlelap. Ketika ku nyalakan lampu di ruang tamu, tiba-tiba ada sepasang bola mata tajam memandangi ku. Aku langsung menundukkan kepala sekaligus merasa takut. Iya, itu ibuku. Aku mendekati beliau, bersalam dan meminta maaf. Beliau hanya diam dan memberi isyarat bahwa aku harus langsung tidur.
Ku buka pintu kamar ku yang tertutup rapat. Segera ku tutup kembali dan mengganti pakaian ku. Tidak ada rasa kantuk sedikit pun yang menggoda diriku. Entah karena apa. Malam itu adalah malam yang paling indah dalam hidupku.
“oh iya ra, maaf ya jadi nyender di bahu kamu” ani membuka matanya perlahan, mengambil posisi duduk tegap dan menguap beberapa kali. Tak tega ku melihatnya.
“maaf ya, soal tadi.” sesal ku. Ani hanya bergumam.
Perlahan satu persatu orang mulai meninggalkan tempat. Ada yang masih ditempat untuk sekedar ngobrol dan menyantap makanan. Ada juga yang sedang berfoto ria bersama teman-teman.
Waktu itu, aku sangat ingin sekali berfoto dengan idola ku. Gus Azmi. Tapi belum tercapai. Aku dan ani memutuskan langsung meninggalkan lokasi dan cepat pulang ke rumah. Sampai di rumah, Jam menunjukkan pukul 00.30-. Ani pun sudah pulang ke rumahnya karena rumah kita berdekatan, hanya tertutupi oleh dua rumah. Ku buka pintu rumah, ku lihat semua lampu sudah padam. Berarti semua penghuni rumah sudah terlelap. Ketika ku nyalakan lampu di ruang tamu, tiba-tiba ada sepasang bola mata tajam memandangi ku. Aku langsung menundukkan kepala sekaligus merasa takut. Iya, itu ibuku. Aku mendekati beliau, bersalam dan meminta maaf. Beliau hanya diam dan memberi isyarat bahwa aku harus langsung tidur.
Ku buka pintu kamar ku yang tertutup rapat. Segera ku tutup kembali dan mengganti pakaian ku. Tidak ada rasa kantuk sedikit pun yang menggoda diriku. Entah karena apa. Malam itu adalah malam yang paling indah dalam hidupku.
Pagi hari
Ternyata tadi malam aku tertidur, entah apa yang membuat ku bisa terlelap begitu saja. Mungkin karena rasa lelah yang mendominasi jiwa.
Ku awali pagi dengan berdoa semoga hari ini dan seterusnya aku mendapat ridho dan berkah dari Allah. Hari ini hari senin, ku rasa hari senin adalah hari sibuk bagi para pelajar dan pekerja. Karena merupakan hari dimulainya ritunitas padat setelah hari minggu yang digunakan untuk bersantai dan refreshing.
Ibu ani datang ke rumah, dia menyampaikan bahwa ani tidak berangkat sekolah hari ini karena kelelahan dan kurang enak badan. Pikiran ku langsung melayang ke acara tadi malam. Aku jadi tambah merasa bersalah. Aku meminta maaf kepada ibunya ani karena telah mengajak ani datang ke acara. Beliau tidak menyalahkan ku perihal sakitnya ani. Tetapi aku masih merasa bersalah.
Ku awali pagi dengan berdoa semoga hari ini dan seterusnya aku mendapat ridho dan berkah dari Allah. Hari ini hari senin, ku rasa hari senin adalah hari sibuk bagi para pelajar dan pekerja. Karena merupakan hari dimulainya ritunitas padat setelah hari minggu yang digunakan untuk bersantai dan refreshing.
Ibu ani datang ke rumah, dia menyampaikan bahwa ani tidak berangkat sekolah hari ini karena kelelahan dan kurang enak badan. Pikiran ku langsung melayang ke acara tadi malam. Aku jadi tambah merasa bersalah. Aku meminta maaf kepada ibunya ani karena telah mengajak ani datang ke acara. Beliau tidak menyalahkan ku perihal sakitnya ani. Tetapi aku masih merasa bersalah.
Di sekolah
Aku sampai di sekolah pukul 07.00, ku pandangi sekeliling masih jarang siswa yang datang. Hari ini aku berniat menyusuri koridor sekolah yang sering sepi. Aku suka sekali melewatinya hanya sekedar untuk membaca tulisan yang ada di sepanjang tembok lorong. Sesampainya di ujung koridor, aku langsung menuju perpustakaan untuk mencari buku dan meminjam nya, karena pembelajaran masih akan dimulai setengah jam setelahnya jadi masih ada waktu bagiku untuk menikmati setiap bangunan dan fasilitas yang ada di sekolah.
Setengah jam berlalu, kini aku sudah berada di dalam kelas. Semua teman-temanku terlihat berwarna warni. Bukan tubuh mereka yang berwarna tapi baju yang mereka kenakan. Beraneka raga, ini beda dari sekolah biasa, sekolahku memberi peraturan bahwa setiap bulan rabi’ul awal dari tanggal satu sampai tanggal duabelas murid boleh bebas mengenakan pakaian yang mereka sukai, ini kesempatan bagiku. Sebelum bulan ini tiba, aku sudah menyiapkan uang untuk membeli beberapa pasang pakaian baru supaya bisa dikenakan pada hari ini dan duabelas ke depan. Banyak yang mengira bahwa aku terlalu berlebihan dalam merayakan hari kelahiran nabi. Karena memang aku mencintai dan berharap semoga dapat syafa’at dari nabi.
“ra, kamu terlihat sangat cantik deh mengenakan baju itu” puji salah seorang teman laki-laki di samping bangku ku, dia adalah laki-laki yang masuk dalam kategori tampan di kelas. Tapi menurut ku dia biasa saja. Aku rasa jauh lebih tampan rasulullah.
“oh ya? terima kasih” jawabku singkat dan memang hanya itu yang bisa ku ucapkan.
“ sudah gitu aja tanggapan darimu?” tanyanya. Dengan nada agak melunak.
Aku hanya mengangguk dan mengalihkan pada pandangan lain. Dia berdesah. dan membiarkan obrolan yang dia bawa hanyut dibawa gelombang angin. Aku sangat bersyukur.
Pembelajaran jam pertama telah usai, kini waktunya istirahat. Aku tidak minat untuk pergi ke kantin, toh tidak ada yang menemani juga. Ku putuskan untuk melanjutkan membaca buku yang ku pinjam tadi di perpustakaan. Ku langkah kan kaki menuju taman sekolah.
Jarang anak yang mau pergi ke sana, padahal pemandangan yang di sajikan tidak kalah indah dari taman yang ada di pusat kota. Sesampainya di taman, aku memilih duduk di kursi panjang warna putih yang berada di antara bunga,kursi itu hanya ada satu di sana. Ketika aku sedang asyik membaca, ada dua orang yang mendekat kepada ku. Aku masih menundukkan wajah. Mungkin mereka hanya ingin numpang lewat. Batinku.tetapi ternyata salah seorang diantaranya menyapa ku.
“hai kak zara, sedang apa? Kelihatannya asyik banget” sapa nya dengan lembut. Sepertinya aku tahu siapa pemilik suara ini. Ku dongak kan muka, benar apa dugaan ku, dia fatma, adik kelas ku. Dengar-dengar dia mengagumi ku, tapi aku tidak mempercayainya karena aku hanya gadis biasa saja. Setelah aku selesai memikirkan nya, aku mulai terfokus pada laki-laki yang ada di samping fatma, ternyata itu laki-laki tampan. Aku tidak begitu terkejut, hanya saja heran, mau jalan bersama adiknya di sekolah. Biasanya tidak mau karena takut dikira bukan kakak adik.
“hai za” laki-laki yang sering di juluki tampan itu tiba-tiba memandangi dan menyapa ku dengan senyuman indahnya.
Aku hanya balas dengan senyuman.
“oh ini ma, aku sedang membaca buku yang berisi kumpulan kisah inspirasi. Kamu juga wajib baca” ku alihkan kembali pandangan itu dengan menanggapi pertanyaan yang dilontarkan fatma tadi.
“tapi kak, aku lebih suka di ceritain dari pada membaca sendiri, bacain dong kak” rayuan itu kembali mendayu-dayu.
Ku lirik laki-laki tampan itu, seperti ada seberkas harapan supaya aku dapat mengabulkan permintaan adiknya. Ku putuskan untuk memceritakan sebuah kisah seorang anak muda yang nakal dan sangat susah di beri nasihat. Suatu ketika, setiap bulan rabi’ul awal tiba, dia mengenakan pakaian baru dan bersih. Singkatnya sampai pemuda itu meninggal dunia, tidak ada satu pun orang yang mau mengurus jenazah nya. Dan hanya satu orang yang mau mengurus mulai dari memandikan sampai menguburkannya di liang lahat. Silang beberapa hari, para warga mengunjungi makam dan mencium aroma wangi di salah satu makam yang tidak diketahui oleh mereka hingga suatu malam, semua warga memimpikan kejadian yang sama. Mereka melihat seorang pemuda nakal yang jenazah nya tidak mereka urus waktu itu, masuk ke dalam surga. Semua warga heran dan menanyai mengapa dia bisa masuk surga. Ternyata pada saat bulan kelahiran Nabi,dia mengenakan pakaian yang bagus dan bersih karena dia sangat mencintai Rasulullah. Seketika itu, warga langsung berbondong-bondong menuju makam pemuda itu. Kira-kira kurang lebih seperti itu isinya. Itulah alasan mengapa aku berniat untuk membeli baju baru untuk di kenakan pada bulan ini. Taqarrub dengan pemuda yang cinta kepada Nabi. Semoga bisa seperti dia, mendapat syafa’at dan bisa masuk ke dalam syurga. Selesai sudah cerita tentang pemuda dan juga ku tambahi mengapa aku menggunakan pakaian baru.
“oh tenyata seperti itu to mba zara” fatma mengagguk anggukkan kepala seperti benar-benar paham dengan apa yang aku sampaikan tadi. Namun senang rasanya bisa berbagi dengan orang lain.
“zara, kamu gadis yang baik, aku salut padamu” timpal lelaki tampan itu.
Lagi-lagi ku balas dengan hanya tersenyum. Fatma mengetahui tingkah laku kakanya yang tidak biasa,dari tadi dia seperti benar-benar menghayati alur cerita yang di bawakan zara tanpa gerak sedikit pun, dan sampai tidak berkedip. Parah.
“hayo ketahuan, kakak naksir kak zara ya..” tuding fatma.
“enggak kok, tadi emang aku kagum..eeh” jawab lelaki tampan itu gugup.
Bukannya apa, tapi aku beneran nggak nyaman dengan posisi ini. Ku putuskan untuk undur diri,dan cepat menuju kelas karena bel sudah berbunyi.
Dalam perjalanan,ada getaran dalam hati, memang asing tapi aku berharap semoga ini bukan cinta, karena cintaku hanya untuk Rasulullah semata.
Aku sampai di sekolah pukul 07.00, ku pandangi sekeliling masih jarang siswa yang datang. Hari ini aku berniat menyusuri koridor sekolah yang sering sepi. Aku suka sekali melewatinya hanya sekedar untuk membaca tulisan yang ada di sepanjang tembok lorong. Sesampainya di ujung koridor, aku langsung menuju perpustakaan untuk mencari buku dan meminjam nya, karena pembelajaran masih akan dimulai setengah jam setelahnya jadi masih ada waktu bagiku untuk menikmati setiap bangunan dan fasilitas yang ada di sekolah.
Setengah jam berlalu, kini aku sudah berada di dalam kelas. Semua teman-temanku terlihat berwarna warni. Bukan tubuh mereka yang berwarna tapi baju yang mereka kenakan. Beraneka raga, ini beda dari sekolah biasa, sekolahku memberi peraturan bahwa setiap bulan rabi’ul awal dari tanggal satu sampai tanggal duabelas murid boleh bebas mengenakan pakaian yang mereka sukai, ini kesempatan bagiku. Sebelum bulan ini tiba, aku sudah menyiapkan uang untuk membeli beberapa pasang pakaian baru supaya bisa dikenakan pada hari ini dan duabelas ke depan. Banyak yang mengira bahwa aku terlalu berlebihan dalam merayakan hari kelahiran nabi. Karena memang aku mencintai dan berharap semoga dapat syafa’at dari nabi.
“ra, kamu terlihat sangat cantik deh mengenakan baju itu” puji salah seorang teman laki-laki di samping bangku ku, dia adalah laki-laki yang masuk dalam kategori tampan di kelas. Tapi menurut ku dia biasa saja. Aku rasa jauh lebih tampan rasulullah.
“oh ya? terima kasih” jawabku singkat dan memang hanya itu yang bisa ku ucapkan.
“ sudah gitu aja tanggapan darimu?” tanyanya. Dengan nada agak melunak.
Aku hanya mengangguk dan mengalihkan pada pandangan lain. Dia berdesah. dan membiarkan obrolan yang dia bawa hanyut dibawa gelombang angin. Aku sangat bersyukur.
Pembelajaran jam pertama telah usai, kini waktunya istirahat. Aku tidak minat untuk pergi ke kantin, toh tidak ada yang menemani juga. Ku putuskan untuk melanjutkan membaca buku yang ku pinjam tadi di perpustakaan. Ku langkah kan kaki menuju taman sekolah.
Jarang anak yang mau pergi ke sana, padahal pemandangan yang di sajikan tidak kalah indah dari taman yang ada di pusat kota. Sesampainya di taman, aku memilih duduk di kursi panjang warna putih yang berada di antara bunga,kursi itu hanya ada satu di sana. Ketika aku sedang asyik membaca, ada dua orang yang mendekat kepada ku. Aku masih menundukkan wajah. Mungkin mereka hanya ingin numpang lewat. Batinku.tetapi ternyata salah seorang diantaranya menyapa ku.
“hai kak zara, sedang apa? Kelihatannya asyik banget” sapa nya dengan lembut. Sepertinya aku tahu siapa pemilik suara ini. Ku dongak kan muka, benar apa dugaan ku, dia fatma, adik kelas ku. Dengar-dengar dia mengagumi ku, tapi aku tidak mempercayainya karena aku hanya gadis biasa saja. Setelah aku selesai memikirkan nya, aku mulai terfokus pada laki-laki yang ada di samping fatma, ternyata itu laki-laki tampan. Aku tidak begitu terkejut, hanya saja heran, mau jalan bersama adiknya di sekolah. Biasanya tidak mau karena takut dikira bukan kakak adik.
“hai za” laki-laki yang sering di juluki tampan itu tiba-tiba memandangi dan menyapa ku dengan senyuman indahnya.
Aku hanya balas dengan senyuman.
“oh ini ma, aku sedang membaca buku yang berisi kumpulan kisah inspirasi. Kamu juga wajib baca” ku alihkan kembali pandangan itu dengan menanggapi pertanyaan yang dilontarkan fatma tadi.
“tapi kak, aku lebih suka di ceritain dari pada membaca sendiri, bacain dong kak” rayuan itu kembali mendayu-dayu.
Ku lirik laki-laki tampan itu, seperti ada seberkas harapan supaya aku dapat mengabulkan permintaan adiknya. Ku putuskan untuk memceritakan sebuah kisah seorang anak muda yang nakal dan sangat susah di beri nasihat. Suatu ketika, setiap bulan rabi’ul awal tiba, dia mengenakan pakaian baru dan bersih. Singkatnya sampai pemuda itu meninggal dunia, tidak ada satu pun orang yang mau mengurus jenazah nya. Dan hanya satu orang yang mau mengurus mulai dari memandikan sampai menguburkannya di liang lahat. Silang beberapa hari, para warga mengunjungi makam dan mencium aroma wangi di salah satu makam yang tidak diketahui oleh mereka hingga suatu malam, semua warga memimpikan kejadian yang sama. Mereka melihat seorang pemuda nakal yang jenazah nya tidak mereka urus waktu itu, masuk ke dalam surga. Semua warga heran dan menanyai mengapa dia bisa masuk surga. Ternyata pada saat bulan kelahiran Nabi,dia mengenakan pakaian yang bagus dan bersih karena dia sangat mencintai Rasulullah. Seketika itu, warga langsung berbondong-bondong menuju makam pemuda itu. Kira-kira kurang lebih seperti itu isinya. Itulah alasan mengapa aku berniat untuk membeli baju baru untuk di kenakan pada bulan ini. Taqarrub dengan pemuda yang cinta kepada Nabi. Semoga bisa seperti dia, mendapat syafa’at dan bisa masuk ke dalam syurga. Selesai sudah cerita tentang pemuda dan juga ku tambahi mengapa aku menggunakan pakaian baru.
“oh tenyata seperti itu to mba zara” fatma mengagguk anggukkan kepala seperti benar-benar paham dengan apa yang aku sampaikan tadi. Namun senang rasanya bisa berbagi dengan orang lain.
“zara, kamu gadis yang baik, aku salut padamu” timpal lelaki tampan itu.
Lagi-lagi ku balas dengan hanya tersenyum. Fatma mengetahui tingkah laku kakanya yang tidak biasa,dari tadi dia seperti benar-benar menghayati alur cerita yang di bawakan zara tanpa gerak sedikit pun, dan sampai tidak berkedip. Parah.
“hayo ketahuan, kakak naksir kak zara ya..” tuding fatma.
“enggak kok, tadi emang aku kagum..eeh” jawab lelaki tampan itu gugup.
Bukannya apa, tapi aku beneran nggak nyaman dengan posisi ini. Ku putuskan untuk undur diri,dan cepat menuju kelas karena bel sudah berbunyi.
Dalam perjalanan,ada getaran dalam hati, memang asing tapi aku berharap semoga ini bukan cinta, karena cintaku hanya untuk Rasulullah semata.
Catatan akhir
Catatan akhir yang ku tulis dalam diary adalah kadang realita bisa seindah ekspektasi. Nyatanya hal yang ku rasa tidak mungkin kini menjadi mungkin. Aku bisa datang dan bersholawat secara langsung bersama ribuan manusia yang sama-sama mencintai Nabi Muhammad dan mengharap syafa’at dari beliau di hari kiamat. Begitu pula dengan kisah yang menginspirasi kita untuk bisa dengan benar-benar mencintai tanpa harus memiliki.
By: Nftmzara_01
Tamat
By: Nftmzara_01
Tamat
Semoga bermanfaat
Tiggalkan jejak ya sobat
Tiggalkan jejak ya sobat
keren👍
BalasHapusOh ya? Trimakasih 😊😊
Hapuskritik dan sarannya juga ditunggu ya kak.. 😉